Budaya positif terdiri dari dua kata yaitu budaya dan positif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata budaya (bu.da.ya) berarti pikiran; akal budi: hasil, adat istiadat: menyelidiki bahasa dan sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju). Sedangkan positif (po.si.tif) berarti pasti, tegas, tentu, yakin, bersifat nyata dan membangun, menunjukkan adanya penyakit, kondisi tertentu, dan sebagainya (tentang hasil pemeriksaan). (https://kbbi.kemdikbud.go.id/Beranda). Artinya pikiran untuk yakin dan nyata untuk membangun.
Budaya positif ini dapat dibentuk dengan
menciptakan lingkungan yang positif. Hal ini akan mendorong murid untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minatnya. Dalam mendukung budaya
positif, perlu adanya penyamaan persepsi mengenai hal yang harus dilakukan. Inilah
yang melatarbelakangi kegiatan diseminasi di SMK Kehutanan Negeri Makassar
dalam menerapkan budaya positif dan praktik pembuatan keyakinan kelas yang
dilaksanakan di kelas XI.A (Vitex coffasus).
Diseminasi budaya positif dilakukan pada
tanggal 17 Juli 2023 di ruang rapat SMK Kehutanan Negeri Makassar dan dihadiri
25 orang guru. Diseminasi ini diberi judul MENERAPKAN BUDAYA POSITIF DI SMK KEHUTANAN
NEGERI MAKASSAR.
Gambar 1 Bahan Presentasi
Kegiatan dimulai dengan pemaparan mengenai
Program Guru Penggerak. Program Guru Penggerak Menciptakan Pemimpin
Pembelajaran Yang Berpusat pada Murid. Guru Penggerak harus lulus seleksi dan
mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak. Program ini akan menciptakan guru
penggerak yang dapat :
1. Mengembangkan
diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi dan kolaborasi secara mandiri
2. Memiliki
kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik
3. Merencanakan,
menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada
murid dengan melibatkan orang tua
4. Berkolaborasi
dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan menumbuhkan
kepemimpinan murid
5. Mengembangkan
dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan
dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah
(https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/)
Selanjutnya peserta melakukan kesepakatan
kelas dengan dipandu oleh Calon Guru Penggerak (CGP). Setelah itu diberi Pertanyaan
Pemantik dengan menanyakan setuju atau tidak setuju mengenai pernyataan Hukuman
dapat mendisiplinkan anak, Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca
atau membersihkan halaman sekolah dapat
meningkatkan disiplin anak dan Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi
belajar anak.
Materi pertama mengenai Bagian 1 Disiplin
Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal sampai Bagian 5, 5 Posisi Kontrol.
Gambar 2 Penjelasan Materi
Diseminasi ditutup dengan meminta refleksi
pelaksanaan diseminasi kepada peserta dengan tautan https://padlet.com/marwan_uin88/refleksi-kegiatan-seminar-menerapkan-budaya-positif-di-smk-k-rp5zp7uo99m6dpz.
Pertanyaan refleksi yang diberikan yaitu 1. Hal baru apa yg mengubah paradigma
saya, yang saya dapatkan?, 2. Perasaan
apa yang muncul selama mengikuti sesi ini
khususnya mengenai makna disiplin dan motivasi intrinsik?, 3. Kegiatan apa yang saya telah
lakukan selama mengikuti seminar ini?,
dan 4. Saya akan melakukan kegiatan yang seperti apakah setelah mengikuti seminar ini?.
Gambar 3 Refleksi Peserta
Pada umumnya refleksi peserta menunjukkan
perubahan paradigma mengenai hukuman dan konsekuensi. Peserta merasa
terinspirasi oleh kegiatan ini. Peserta mempositifkan pemikiran agar berdampak
pada perilaku positif. Peserta akan menerapkan budaya positif di sekolah dengan
memulainya di kelas masing-masing. Diseminasi pun ditutup dengan salam.
Salah satu bagian penting dalam membangun
budaya positif di sekolah adalah praktik membuat keyakinan kelas. Apalagi bertepatan
dengan tahun ajaran baru. Sehingga sebagai wali kelas XI.A (Vitex Cofassus),
saya menyempatkan untuk membuat keyakinan kelas. Pembuatan keyakinan kelas
dimulai dengan menjelaskan kepada murid mengenai perbedaan aturan dan kesepakatan
kelas dan proses mendapatkan keyakinan kelas dari kesepakatan-kesepakatan yang
telah disepakati.
Gambar 4 Penjelasan Mengenai Keyakinan Kelas
Setelah murid memahami apa yang akan
dilakukan, maka saya membagikan sticky note dan meminta mereka
menuliskan satu kesepakatan kelas yang mereka inginkan. Kemudian menempelkannya
pada kertas plano.
Gambar 5 Menuliskan Kesepakatan Kelas
Setelah semua menuliskan 1 kesepakatan
kelas, maka guru membaca satu per satu dan mengambil kertas sticky note yang
memiliki arti sama dengan lainnya. Akhirnya tersisa 4 kalimat yang kemudian
dipindahkan ke karton biru sebagai keyakinan kelas yang telah disepakati oleh
warga kelas XI.A (Vitex cofassus). Kemudian sebagai bentuk kesepakatan
bersama atas keyakinan kelas yang telah dibuat, semua warga kelas menandatangani
persetujuan.
Gambar 6 Keyakinan Kelas yang telah Dibuat
Setelah melaksanakan kegiatan, tidak lupa
saya memilih empat orang murid untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan yang
dilakukan. Kegiatan ditutup dengan salam.
Gambar 7 Meminta Pendapat Murid
Demikian tahapan yang dapat saya jelaskan
pada artikel ini. Untuk lebih jelasnya tahapan kegiatan yang telah dilakukan
baik diseminasi maupun praktik keyakinan kelas dapat disimak pada Youtube https://youtu.be/imiUUJVmj4k dan
Platform Merdeka Mengajar (PMM) https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/324152.
Makassar, 25 Juli 2023